Kembali

Revolusi Mental Berbasis Pancasila

Jakarta – Revolusi Mental yang digadang-gadang Joko Widodo – Jusuf Kalla harus berbasis Pancasila untuk menemukan kembali nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Penulis Buku “Revolusi Pancasila” Yudi Latief yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Ruang Serba guna STIA LAN, Jalan Penjompongan, Jakarta Pusat, Kamis (3/12). Bedah buku ini juga menghadirkan Guru Besar UI Thamrin Amal Tamagola dan Dosen STIA LAN Asropi.

“Kalau kita berbicara tentang Revolusi Mental, maka harus berdasarkan Pancasila. Revolusi mental merupakan salah satu unsur dari Revolusi Pancasila. Revolusi Mental ini diorientasikan agar mental Pancasila bisa menjiwai dan mendorong perubahan di bidang material dan politik yang sejalan dengan idealitas Pancasila,” jelas Yudi saat memaparkan materi bukunya.

Yudi menjelaskan Revolusi Pancasila menghendaki adanya perubahan mendasar secara akseleratif, yang melibatkan revolusi material (Sila ke-5), mental kultural (Sila ke-1,2,3) dan political (Sila ke-4).

Menurut dia, Revolusi (basis) material diarahkan untuk menciptakan perekonomian merdeka yang berkeadilan dan berkemakmuran, berlandaskan usaha tolong menolong (gotong royong) dan penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak.

“Revolusi (superstruktural) mental-kultural diarahkan untuk menciptakan masyarakat religius yang berprikemanusiaan, yang egaliter mandiri, amanah dan terbebas dari berhala materialisme-hedonisme, serta sanggup menjalin persatuan dengan semangat pelayanan,” terangnya

Sementara revolusi (agensi) politikal, lanjut Yudi, diarahkan untuk menciptakan agen perubahan dalam bentuk integrasi kekuatan nasional melalui demokrasi permusyawaratan yang berorientasi persatuan (negara kekeluargaan) dan keadilan (negara kesejahteraan).

“Revolusi politik ini bisa diwujudkan dengan pemerintahan negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehiduan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian dan keadilan,” tandasnya.

Tekait gerakan revolusi mental, kata Yudi tidak hanya berhenti pada perubahan pola pikir dan kejiwaan saja, tetapi juga pada kebiasaan dan karakter yang menyatu antara pikiran, sikap dan tindakan sebagai suatu integritas. Dasar dan haluan revolusi mental ini, jelas Yudi adalah nilai Pancasila, terutama sila ke-1,2 dan 3.

“Dalam ketiga sila tersebut dinyatakan bahwa setiap manusia diciptakan oleh cinta kasih Sang Maha Pencipta, sehingga semua manusia sederajat yang melahirkan semangat mental egalitarianism. Setiap pribadi dimuliakan oleh Sang Pencipta dengan bawaan hak asasi yang tidak bisa dirampas, hak milik, kehormatan-kemerdekaan dengan kedudukan yang sama di hadapan hukum,” terang dia.

Yudi mengatakan bahwa fokus revolusi mental Pancasila adalah mentalitas kemandirian, mentalitas gotong royong dan mentalitas pelayanan. Ketiga disebut tricita revolusi mental.

“Kemandirian, gotong royong, dan pelayanan harus menjadi landasan ideologi kerja bagi penyusunan platform dengan segala turunan program dan kebijakannya di semua lini dan sektor pemerintahan. Ketiganya dapat memberikan framework yang memudahkan perumusan prioritas pembangunan, pencanangan, program kerja, serta pilihan kebijakan yang diperlukan,” kata dia.

Buku “Revolusi Pancasila” karya Yudi Latif ini diterbitkan pada Juni 2015 oleh penerbit Mizan. Dalam buku setebal 208 halaman ini, Yudi mengulas secara detail tentang sejumlah topik terkait Revolusi, Pancasila, dan Revolusi Pancasila. Pada bagian Revolusi Pancasila dijelaskan sifat revolusi Pancasila, tujuan sampai program-program revolusi Pancasila. (ch0ky/humas)

Komentar
Trackback URL:

Tidak ada Komentar. menjadi yang pertama.